Bujangan Urban

Bujangan Urban dengan nama lahir Rizky Aditya Nugroho, juga dikenal dengan nama Jablay. Ia kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual Interstudi sejak 2003, dan sejak itu pula bergabung dengan Artcoholic, sebuah komunitas seni jalanan yang aktif menanggapi ruang-ruang publik Jakarta. Ia juga merupakan salah seorang pendiri Gardu House (Jakarta), yang kemudian juga menginisasi festivla street art terbesar di Jakarta: Street Dealin. Karya-karya Bujangan Urban dapat ditemukan di berbagai ruang publik Jakarta, umumnya berupa pesan-pesan personal dalam bentuk grafiti, mural, dan stensil. Hampir di setiap karyanya muncul karakter bunga-bunga yang khas. Pameran tunggal pertamanya adalah Yang Sombong Dimakan Djaman Yang Songong Dimakan Teman di RURU Gallery, Jakarta pada 2008. Ia juga terlibat dalam berbagai proyek seni, seperti: Bangsal Menggawe 2016 dan pameran Bebas Tapi Sopan, yang dikurasi oleh Visual Jalanan, dalam rangkaian Jakarta Biennale 2015.

Tahun ini, Bujangan Urban berkesempatan untuk terlibat dalam program residensi Tenggara Street Art Festival 2020. Dalam festival ini ia merespon dinding panjat (climb wall) di GOR Kota Solok, dengan tinggi 15 meter dan lebar 6 meter. Ini menjadi salah salah satu karya tertinggi yang pernah ia buat sendiri. Dalam rangkaian festival ini, ia juga menjadi salah seorang juri untuk menentukan para penerima award Tenggara Festival 2020. Selain itu, seperti di berbagai kota yang ia singgahi, ia menebar “bunga-bunga”-nya di berbagai titik di Solok. Dalam festival ini ia juga berkolaborasi bersama Masoki, seniman residensi lainnya asal Padang, merespon sebuah mini truk “Bank Sampah” milik Dinas Lingkungan Hidup, Kota Solok.

Bujangan Urban with the birth name Rizky Aditya Nugroho, also known as Jablay. He has been studying in Interstudi Visual Communication Design since 2003, and since that time he has also joined Artcoholic, a street art community that actively responds to Jakarta’s public spaces. He is also one of the founders of Gardu House (Jakarta), which later also initiated the biggest street art festival in Jakarta: Street Dealin. Bujangan Urban’s works can be found in various public spaces in Jakarta, generally in the form of personal messages in the form of graffiti, murals, and stencils. Almost in each of his works, a distinctive flower character appears. His first solo exhibition was Yang Sombong Dimakan Djaman Yang Songong Dimakan Teman at RURU Gallery, Jakarta in 2008. He is also involved in various art projects, such as: Bangsal Menggawe 2016 in Lombok, and the exhibition Bebas Tapi Sopan, curated by Visual Jalanan, in the Jakarta Biennale series, 2015.

This year, Bujangan Urban has the opportunity to be involved in the Tenggara Street Art Festival 2020’s residency program. In this festival he responds to the climb wall at Solok City Sports Hall, with a height of 15 meters and a width of 6 meters. This is one of the highest works he has ever created by himself. In this series of festivals, he is also one of the judges to determine the recipients of the Tenggara Festival 2020 award. In addition to that, like in various cities he has visited, he spreads his “flowers” at various points in Solok. In this festival he also collaborated with Masoki, another residency artist from Padang, to respond to a mini truck “Waste Bank” belonging to the Environmental Agency, Kota Solok.

Artikel Terkait

Menjadi Bagian dari Kultur Kota Bersama Bujangan Urban

Capital Flower yang Tumbuh di Tebing Solok

 

X